Pramuka Indonesia Mampu Mewujudkan Cita-Cita Sang
Pandu
Praja
muda karana
Tunas
muda harapan pertiwi
Kuat
Gagah melawan tantangan
Tak
mengenal lagi menyerah
Dari
lagu sederhana di atas, bila kita tilik kembali memiliki kedalaman makna. Di
mana pemuda merupakan subyek yang menjadi tumpuan harapan untuk mencapai
kemajuan. Pramuka adalah organisasi kepanduan di Indonesia sebagai bentuk dari
cita-cita luhur para pendirinya khususnya Lord Boden Powell untuk mewujudkan
pemuda yang cerdas dan berbudi. Kesuksesan bermula dari pengorbanan. Pengorbanan
adalah bentuk dari perjuangan. Perjuangan merupakan wujud dari tindakan.
Tindakan ada karena keyakinan. Keyakinan ada karena tujuan, dan tujuan bermula
dari impian atau cita-cita. Untuk saat ini siapakah yang meneruskan dan
mewujudkan cita-citanya? Jawabannya jelas. Siapa lagi kalau bukan kita. Salah
satu jalan dalam mencapai tujuan tersebut adalah dengan tindakan dan tindakan
yang paling berperan penting adalah pendidikan.
Pendidikan
merupakan hal vital suatu bangsa untuk membentuk SDM (Sumber Daya Manusia) yang
unggul dalam mewujudkan cita-citanya. Dalam pendidikan terdapat berbagai bentuk
penilaian. Di antaranya adalah penilaian kognitif (pengetahuan), psikomotorik
(ketrampilan), dan afektif (sikap). Menurut penelitian kunci kesuksesan
seseorang 80% ditentukan oleh EQ (Emotional
Question) atau kecerdasan emosinal. Sedangkan 20%nya adalah IQ (Intelectual Question) atau kecerdasan
intelek. Emotional Question merupakan
kecerdasan untuk mengontrol diri dalam bersikap maupun bersosialisasi dengan
orang lain. Dalam hal ini EQ erat kaitannya dengan pendidikan karakter. Namun
kenyataannya, sistem pendidikan saat ini masih mengedepankan potensi akademik
atau intelektual. Hal itu dilihat dari seleksi maupun ujian akhir yang
menitikberatkan pada ujian tulis dengan mengandalkan kemampuan akademik.
Sedangkan penilaian sikap atau karakter belum begitu terealisasikan. Untuk itu
mengapa banyak lulusan yang cerdas namun lemah akan mental dan moral. Di mana
banyak sekali kita jumpai penyalahgunaan baik jabatan maupun pekerjaan oleh
orang-orang yang cerdas namun sayang harus berakhir meja hijau karena
tersangkut kasus suap maupu korupsi.
Untuk
itu di sinilah pentingnya penilaian afektif (sikap) atau yang biasa kita sebut
dengan pendidikan karakter. Menurut Akhmad Arqom dalam bukunya “Manage Your Character, Control Your Habit,
ang Get Your Succes” karakter adalah seperangkat keyakinan, cara berpikir, bersikap,
serta berperilaku yang secara spontan mengarahkan tindakan-tindakn seseorang
dal hidupnya. Sedangkan dalam pengertian lain
karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Pendidikan karakter haruslah ditanamkan
sejak dini. Karena dengan pembentukan karakter sejak awal maka karakter yang
terbentuk akan lebih kuat dan tidak mudah diombang-ambing.
Gerakan
Pramuka adalah suatu wahana berkarya bagi para pemuda. Di mana di dalamnya
sangat sarat dengan pendidikan karakter. Hal tersebut terlihat dari kode
kehormatan tri satya dan dasa darma. Di dalam kode akan cita-cita para
pendirinya untuk mewujudkan generasi yang berbudi luhur. Muda, lagi-lagi pemuda
menjadi sorotan utama yang selalu hangat untuk diperbincangkan. Karena apa? Pemuda
merupakan unsur terpenting dalam kemajuan suatu bangsa. Karena pemuda merupakan
tonggak estafet kepemimpinan. Seperti yang
dikatakan Syaikh Mustofa al-Ghalayaini lewat syairnya yang indah:
“Sesungguhnya di tangan pemudalah letak suatu umat dan di kaki merekalah terdapat kehidupan umat”
Namun yang menjadi problematika adalah pemuda
yang dinilai mampu dan memiliki daya yang tinggi kini telah banyak yang
menyimpang dari kaidah-kaidah moral. Untuk itu di sinilah pentingnya pendidikan
karakter. Di
Indonesia jumlah pemudanya mencapai 25%. Dengan presentasi sekian, Indonesia memiliki
pemuda yang berpotensi untuk menjadi barometer mobilitas kemajuan bangsa yang
mampu berdaya saing unggul.
Dalam
meluruskan penyimpangan moral serta mewujudkan generasi muda yang unggul dan
berkarakter, dibutukan kerjasama berbagai pihak. Karena dengan kerjasama maka
akan tercipta sinergi yang lebih efektif. Di sini orang tua atau keluarga
adalah subyek terpenting dalam pembentukan karakter. Karena keluarga merupakan
arena pendidikan awal seorang anak. Selanjutnya adalah guru, guru atau tenaga
pendidik haruslah berkompeten. Karena bagaimanapun persuasif (pengaruh) seorang
guru sangatlah besar. Orang tua dan guru
harus bisa memberi teladan tidak hanya dari lisan namun juga tindakan. Jangan
sampai kedua subyek penting ini justru menjadi figur yang tidak patut dicontoh.
Seperti saat ini di mana integritas dan kesetiaan pada kebenaran terus menurun,
seperti merebaknya bocoran UN, halalnya suap untuk masuk di sekolah favorit,
dan bentuk penyimpangan lainnya yang justru dilakukan oleh guru maupun orang
tua demi kesuksesan sementara. Di samping peran guru dan orang tua, pemerintah
juga tak kalah penting dalam kualitas pendidikan karakter. Sejak tahun 2013 sudah
mulai mengimplementasikan pendidikan yang megedepankan character building (pendidikan karakter). Selain itu dijadikannya
Pendidikan Kepramukaan menjadi pendidikan wajib di setiap sekolah merupakan
wujud upaya pemerintah dalam memajukan pendidikan karakter. Karena pramuka adalah
salah satu media pendidikan yang anggota mudanya dimulai dari usia dini yaitu 7
hingga 25 tahun.
Wujud
dari pendidikan adalah implementasinya. Pramuka merupakan wahana pendidikan
yang komplek. Di mana kompleksitasnya tidak hanya kaya akan wawasan atau
pengetahuan namun juga menitikberatkan pada keterampilan yang beroientasi
sosial. Pramuka lebih mengedepankan pada tindakan, di mana pendidikan pramuka
lebih terasa penerapannya. Di sini kita
dituntut untuk dapat menerapkan nilai-nilai apa saja yang kita dapatkan dari
proses pendidikan. Implementasi tersebut erat kaitannya dengan peran dan
meleburnya pemuda dalam masyarakat. Untuk itu mantan Rektor Unpad, Prof. Ganjar
Kurnia pernah mengatakan dalam sambutanya “Jangan Menjadi Menara Gading”
artinya janganlah buah dari pendidikan atau kesuksesan dinikmati oleh diri
sendiri. Namun harus memberikan kontribusi dan dedikasi sebagai wujud
implementasi belajar. Karena banyak sekali orang-orang yang sukses namun wujud
sosialnya nol, banyak yang mampu berkarir dan berkiprah namun tak jarang mengenal
tetangga saja tidak apalagi kepedulian pada bangsa. Di sinilah tolak ukur hasil
pendidikan dapat dinilai. Dengan meleburnya lulusan pendidikan dengan
masyarakat, maka detak jantung kehidupan bermasyarakat akan terasa untuk dapat
mencapai tujuan bersama. Meleburnya para lulusan pendidikan dalam masyarakat
secara otomatis juga akan membentuk karakter atau budi seseorang. Karena apa?
Kita dituntut untuk pandai bersikap, menjaga tata krama, dan beradaptasi dengan
masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa kontribusi dan dedikasi kepada masyarakat
akan mencetak genarasi yang cerdas dan berkarakter sehingga lebih mudah untuk
mencapai kesuksesan yang diharapkan. Untuk itu mengapa 80% kesuksesan seseorang
ditentukan oleh EQ atau kecerdasan emosional.
Eksistensi
Pramuka tidak hanya sampai di situ. Pramuka memiliki tiga sifat pokok. Yaitu Nasional,
Internasional, dan Universal. Tiga sifat tersebut didasarkan pada resolusi Konferensi
Kepanduan Sedunia tahun 1924 di Kopenhagen, Denmark. Pramuka bersifat Nasional
artinya proses pendidikan kepramukaan harus menyesuaikan dengan kondisi bangsa
di dalamnya. Selain itu sifat nasional juga dapat diartikan sebagai sifat cinta
tana air atau nasionalisme. Hal itu terbukti karena pramuka dituntut untuk
dapat melestarikan budaya dan kearifan lokal maupun menjunjung tinggi nilai
kenegaraan. Hal tersebut dapat dilihat
dari poin-poin yang terdapat dalam SKU (Syarat Kecakapan Umum). Kemuadian, pramuka
bersifat Internasional diartikan bahwa kita harus mengembangkan nilai
persahabatan tanpa memandang suku, ras, maupun agama. Selain itu sifat Internasional
juga dapat diartikan, bahwa Pramuka mengikuti perkembangan zaman namun tidak terbawa
arus. Seperti yang dikatakan Kak Wiwik Ismaliah dari Kwarcab Kediri “Pramuka
adalah organisasi yang tidak ketinggalan zaman apalagi kuno. Pramuka terus
meningkatkan pembaharuan guna melahirkan kemajuan”. Untuk itu mengapa pramuka
dinilai pendidikan yang kreatif, inovatif, kompetitif, dan sportif. Pramuka
juga bersifat Universal artinya Pramuka dapat mendidik siapa saja, di mana
saja, dan kapan saja.
Bukti fisik Pramuka
mamiliki jiwa nasional dan kerja keras yang tinggi dapat dilihat dari
tercatatnya Pramuka Indonesia dalam rekor dunia karena mampu mengangkat bendera
dengan panjang 1000 meter dari kedalaman 5 meter. Pramuka juga menjadi pelopor
dalam perdaiman dunia dengan dibuktikannya “Perkemahan Messenger Of Peace di Indonesia pada 2013”. Selain itu jumlah
Pramuka Indonesia yang merupakan terbesar di dunia memiliki potensi untuk menjadi
motor penggerak kualitas serta kemajuan.
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mencetak generasi yang cerdas dan
berbudi dapat diupayakan. Di dalamnya membutuhkan peran dan kerjasama berbagai
pihak. Upaya yang dilakukan tidak hanya dengan pendidikan kognitif, namun juga
dengan mengedepankan pendidikan karakter. Pramuka merupakan pendidikan karakter
di mana anggotanya diajarkan disiplin, kerja keras, bertanggung, jawab,
mandiri, terampil dan berorientesi sosial. Orientasi sosial dibuktikan dengan
implementasi pemuda yang mampu berkontribusi dan berdedikasi dalam masyarakat
yang secara otomatis budi pekerti akan terbentuk. Sifat nasional dan
internasional juga membuktikan bahwa pramuka terus melakukan pembaharuan dan mengikuti
arus namun tidak terbawa arus dengan tetap memilik jiwa nasionalisme yang
tinggi. Dengan demikian bukan tidak mungkin bahwa Pramuka Indonesia kita mampu
mewujudkan generasi muda yang cerdas dan berbudi bersama dengan cita-citakan
Bapak Pandu Dunia dan kita bersama.
Makhyatul Fikriya
XI-MIA 6
Teknik Kepramukaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar