PEMBEKALAN DI KANTOR KWARCAB
Menu bar
Sabtu, 25 Juli 2015
BRIGADE PENOLONG
Brigade Penolong adalah pelatihan kepada aanggota pramuka untuk menjadi tim relawan atau penolong dengan materi dasar PPGD. Brigade penolong harus selalu siapa apabila dibutuhkan ketika bencana alam dan sejenisnya. Tahun 2015 BP SMAN 2 Pare diwakili oleh Dyah Ayu dan Risaldo. Risaldo menjadi Koordinator BP Korcam Pare
JOTA-JOTI
JOTA-JOTI (Jambore On The Air-Jambore On The Internet) adalah kegiatan Pramuka yang rutin diadakan setiap tahun. Acara ini diselenggarakan secara Internasional di masing-masing cabang atau daerah. Jota-Joti merupakan jambore yang melalui saluran radio amatir dan internet. Di mana peserta dapat berhubungan secara ON AIR atau ON LINE dengan Pandu (Pramuka) di seluruh dunia. Pada tahun 2014 JOTA-JOTI Cabang Kediri diadakan di SMAN 1 Pare.
SENAM
BERSAMA DENGAN PANGKALAN LAIN MENUNGGU GILIRAN JOTA
SARAPAN
MALAM CANDA BHIRAWA
Malam Canda Bhirawa adalah kegiatan Pelatihan Dewan Kerja Ambalan yang diadakan oleh DKC Kediri untuk seluruh Dewan Ambalan di Kabupaten Kediri. Acara inti terdapat pada acara Malam Ambalan. Malam Canda Bhirawa berlangsung pada tanggal 31 Desember sampai 1 Januari 2015
KAK NORMA BERMAIN KEMBANG API SELEPAS ACARA API UNGGUN
PERWAKILAN SMAN 2 PARE (DEPAN KANTOR KWARCAB KEDIRI)
FLASHMPO MESSENGER OF PEACE
PENGEMBARAAN AIR TERJUN NGLEYANGAN
Pengembaraan adalah kegiatan sejenis penjelajahan. Kegiatan ini untuk menempuh TKK pengembaraan dalam penegak.
MAKAN BERSAMA
LINTAS ALAM AIR TERJUN TRETES
Lintas Alam adalah kegiatan yang tak dapat dipisahkan dengan PRAMUKA. Karena dapat mempererat kekeluargaan antar anggota dan mengaplikasikan ketrerampilan yang kita peroleh.
KAK DITA, KAK RINI, KAK DEWI, KAK ARIF
BAHU MEMBAHU
PERKEMAHAN SE-JAWA BALI
Perkemahan ini diadakan untuk Penegak se-Jawa Bali di Yon-Zipur Kepanjen Malang pada tanggal 4-8 Mei 2015. SMAN 2 Pare mengirim perwakilan 2 sangga yaitu1 Putra dan 1 Putri.
SANGGA PUTRI
PEMBANGUNAN GAPURA
RAPAT PEMBUKAAN
SENAM
UPACARA
BUMI PERKEMAHAN
PERKEMAHAN WIRAKARYA
Perkemahan Wirakarya adalah kemah bakti penegak dalam membantu atau membangun masyarakat. Kemah Wirakarya kali ini diadakan dalam rangka bakti sosial terhadap daerah Paska Letusan Gunung Kelud.
PERKENALAN DENGAN PESERTA LAIN
PERKENALAN DENGAN PESERTA LAIN
KAK LIVIA, KAK ANISA, KAK IMEL, DAN KAK DINDA saat berjuang mencari air
PERWAKILAN SMAN 2 PARE
RAIMUNA DAERAH
Raimuna Daerah adalah perkemahan pertemuan Penegak se Jawa Timur yang diadakan di Bumi Perkemahan Lebakharjo Malang. Acara ini berlangsung satu minggu. Raida diadakan 5 tahun sekali. RAIMUNA kali ini SMAN 2 Pare diwakili oleh Krisna Gumilar,
KONTINGEN KEDIRI
BERSAMA ANDALAN CABANG KEDIRI
KAK KRISNA MEMIMPIN YEL (PALING DEPAN)
DIAN PINSA
Dian Pinsa adalan Gladian Pemimpin Sangga untuk melatih kepemimpinan dalam berorganisasi
MATERI PUBLIC SPEAKING
UPACARA PEMBUKAAN
DINAMIKA KELOMPOK
PENEMPUHAN BADGE AMBALAN
Penempuhan badge ambalan adalah kegiatan Pramuka Penegak untuk menempuh badge khas ambalan yang akan disematkan di lengan sebelah kiri sebagai ciri khas ambalan.
SIMBOLIS PENYEMATAN TANDA PESERTA
PENGENALAN MAKNA BADGE AMBALAN
PESERTA
MAPRAMDA 2014
MAPRAMDA adalah Malam Penerimaan Pramuka SMADA (SMAN 2 PARE) yang rutin diadakan setiap tahun pelajaran baru. Acara inti dari MAPRAMDA ialah Upacara Alih Golongan dari Penggalang ke Penegak
PENTAS SENI MAPRAMDA
PIONEERING SETINGGI 9 M
API UNGGUN
Esai (Juara 3 Racana Brawijaya UB)
Pramuka Indonesia Mampu Mewujudkan Cita-Cita Sang
Pandu
Praja
muda karana
Tunas
muda harapan pertiwi
Kuat
Gagah melawan tantangan
Tak
mengenal lagi menyerah
Dari
lagu sederhana di atas, bila kita tilik kembali memiliki kedalaman makna. Di
mana pemuda merupakan subyek yang menjadi tumpuan harapan untuk mencapai
kemajuan. Pramuka adalah organisasi kepanduan di Indonesia sebagai bentuk dari
cita-cita luhur para pendirinya khususnya Lord Boden Powell untuk mewujudkan
pemuda yang cerdas dan berbudi. Kesuksesan bermula dari pengorbanan. Pengorbanan
adalah bentuk dari perjuangan. Perjuangan merupakan wujud dari tindakan.
Tindakan ada karena keyakinan. Keyakinan ada karena tujuan, dan tujuan bermula
dari impian atau cita-cita. Untuk saat ini siapakah yang meneruskan dan
mewujudkan cita-citanya? Jawabannya jelas. Siapa lagi kalau bukan kita. Salah
satu jalan dalam mencapai tujuan tersebut adalah dengan tindakan dan tindakan
yang paling berperan penting adalah pendidikan.
Pendidikan
merupakan hal vital suatu bangsa untuk membentuk SDM (Sumber Daya Manusia) yang
unggul dalam mewujudkan cita-citanya. Dalam pendidikan terdapat berbagai bentuk
penilaian. Di antaranya adalah penilaian kognitif (pengetahuan), psikomotorik
(ketrampilan), dan afektif (sikap). Menurut penelitian kunci kesuksesan
seseorang 80% ditentukan oleh EQ (Emotional
Question) atau kecerdasan emosinal. Sedangkan 20%nya adalah IQ (Intelectual Question) atau kecerdasan
intelek. Emotional Question merupakan
kecerdasan untuk mengontrol diri dalam bersikap maupun bersosialisasi dengan
orang lain. Dalam hal ini EQ erat kaitannya dengan pendidikan karakter. Namun
kenyataannya, sistem pendidikan saat ini masih mengedepankan potensi akademik
atau intelektual. Hal itu dilihat dari seleksi maupun ujian akhir yang
menitikberatkan pada ujian tulis dengan mengandalkan kemampuan akademik.
Sedangkan penilaian sikap atau karakter belum begitu terealisasikan. Untuk itu
mengapa banyak lulusan yang cerdas namun lemah akan mental dan moral. Di mana
banyak sekali kita jumpai penyalahgunaan baik jabatan maupun pekerjaan oleh
orang-orang yang cerdas namun sayang harus berakhir meja hijau karena
tersangkut kasus suap maupu korupsi.
Untuk
itu di sinilah pentingnya penilaian afektif (sikap) atau yang biasa kita sebut
dengan pendidikan karakter. Menurut Akhmad Arqom dalam bukunya “Manage Your Character, Control Your Habit,
ang Get Your Succes” karakter adalah seperangkat keyakinan, cara berpikir, bersikap,
serta berperilaku yang secara spontan mengarahkan tindakan-tindakn seseorang
dal hidupnya. Sedangkan dalam pengertian lain
karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Pendidikan karakter haruslah ditanamkan
sejak dini. Karena dengan pembentukan karakter sejak awal maka karakter yang
terbentuk akan lebih kuat dan tidak mudah diombang-ambing.
Gerakan
Pramuka adalah suatu wahana berkarya bagi para pemuda. Di mana di dalamnya
sangat sarat dengan pendidikan karakter. Hal tersebut terlihat dari kode
kehormatan tri satya dan dasa darma. Di dalam kode akan cita-cita para
pendirinya untuk mewujudkan generasi yang berbudi luhur. Muda, lagi-lagi pemuda
menjadi sorotan utama yang selalu hangat untuk diperbincangkan. Karena apa? Pemuda
merupakan unsur terpenting dalam kemajuan suatu bangsa. Karena pemuda merupakan
tonggak estafet kepemimpinan. Seperti yang
dikatakan Syaikh Mustofa al-Ghalayaini lewat syairnya yang indah:
“Sesungguhnya di tangan pemudalah letak suatu umat dan di kaki merekalah terdapat kehidupan umat”
Namun yang menjadi problematika adalah pemuda
yang dinilai mampu dan memiliki daya yang tinggi kini telah banyak yang
menyimpang dari kaidah-kaidah moral. Untuk itu di sinilah pentingnya pendidikan
karakter. Di
Indonesia jumlah pemudanya mencapai 25%. Dengan presentasi sekian, Indonesia memiliki
pemuda yang berpotensi untuk menjadi barometer mobilitas kemajuan bangsa yang
mampu berdaya saing unggul.
Dalam
meluruskan penyimpangan moral serta mewujudkan generasi muda yang unggul dan
berkarakter, dibutukan kerjasama berbagai pihak. Karena dengan kerjasama maka
akan tercipta sinergi yang lebih efektif. Di sini orang tua atau keluarga
adalah subyek terpenting dalam pembentukan karakter. Karena keluarga merupakan
arena pendidikan awal seorang anak. Selanjutnya adalah guru, guru atau tenaga
pendidik haruslah berkompeten. Karena bagaimanapun persuasif (pengaruh) seorang
guru sangatlah besar. Orang tua dan guru
harus bisa memberi teladan tidak hanya dari lisan namun juga tindakan. Jangan
sampai kedua subyek penting ini justru menjadi figur yang tidak patut dicontoh.
Seperti saat ini di mana integritas dan kesetiaan pada kebenaran terus menurun,
seperti merebaknya bocoran UN, halalnya suap untuk masuk di sekolah favorit,
dan bentuk penyimpangan lainnya yang justru dilakukan oleh guru maupun orang
tua demi kesuksesan sementara. Di samping peran guru dan orang tua, pemerintah
juga tak kalah penting dalam kualitas pendidikan karakter. Sejak tahun 2013 sudah
mulai mengimplementasikan pendidikan yang megedepankan character building (pendidikan karakter). Selain itu dijadikannya
Pendidikan Kepramukaan menjadi pendidikan wajib di setiap sekolah merupakan
wujud upaya pemerintah dalam memajukan pendidikan karakter. Karena pramuka adalah
salah satu media pendidikan yang anggota mudanya dimulai dari usia dini yaitu 7
hingga 25 tahun.
Wujud
dari pendidikan adalah implementasinya. Pramuka merupakan wahana pendidikan
yang komplek. Di mana kompleksitasnya tidak hanya kaya akan wawasan atau
pengetahuan namun juga menitikberatkan pada keterampilan yang beroientasi
sosial. Pramuka lebih mengedepankan pada tindakan, di mana pendidikan pramuka
lebih terasa penerapannya. Di sini kita
dituntut untuk dapat menerapkan nilai-nilai apa saja yang kita dapatkan dari
proses pendidikan. Implementasi tersebut erat kaitannya dengan peran dan
meleburnya pemuda dalam masyarakat. Untuk itu mantan Rektor Unpad, Prof. Ganjar
Kurnia pernah mengatakan dalam sambutanya “Jangan Menjadi Menara Gading”
artinya janganlah buah dari pendidikan atau kesuksesan dinikmati oleh diri
sendiri. Namun harus memberikan kontribusi dan dedikasi sebagai wujud
implementasi belajar. Karena banyak sekali orang-orang yang sukses namun wujud
sosialnya nol, banyak yang mampu berkarir dan berkiprah namun tak jarang mengenal
tetangga saja tidak apalagi kepedulian pada bangsa. Di sinilah tolak ukur hasil
pendidikan dapat dinilai. Dengan meleburnya lulusan pendidikan dengan
masyarakat, maka detak jantung kehidupan bermasyarakat akan terasa untuk dapat
mencapai tujuan bersama. Meleburnya para lulusan pendidikan dalam masyarakat
secara otomatis juga akan membentuk karakter atau budi seseorang. Karena apa?
Kita dituntut untuk pandai bersikap, menjaga tata krama, dan beradaptasi dengan
masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa kontribusi dan dedikasi kepada masyarakat
akan mencetak genarasi yang cerdas dan berkarakter sehingga lebih mudah untuk
mencapai kesuksesan yang diharapkan. Untuk itu mengapa 80% kesuksesan seseorang
ditentukan oleh EQ atau kecerdasan emosional.
Eksistensi
Pramuka tidak hanya sampai di situ. Pramuka memiliki tiga sifat pokok. Yaitu Nasional,
Internasional, dan Universal. Tiga sifat tersebut didasarkan pada resolusi Konferensi
Kepanduan Sedunia tahun 1924 di Kopenhagen, Denmark. Pramuka bersifat Nasional
artinya proses pendidikan kepramukaan harus menyesuaikan dengan kondisi bangsa
di dalamnya. Selain itu sifat nasional juga dapat diartikan sebagai sifat cinta
tana air atau nasionalisme. Hal itu terbukti karena pramuka dituntut untuk
dapat melestarikan budaya dan kearifan lokal maupun menjunjung tinggi nilai
kenegaraan. Hal tersebut dapat dilihat
dari poin-poin yang terdapat dalam SKU (Syarat Kecakapan Umum). Kemuadian, pramuka
bersifat Internasional diartikan bahwa kita harus mengembangkan nilai
persahabatan tanpa memandang suku, ras, maupun agama. Selain itu sifat Internasional
juga dapat diartikan, bahwa Pramuka mengikuti perkembangan zaman namun tidak terbawa
arus. Seperti yang dikatakan Kak Wiwik Ismaliah dari Kwarcab Kediri “Pramuka
adalah organisasi yang tidak ketinggalan zaman apalagi kuno. Pramuka terus
meningkatkan pembaharuan guna melahirkan kemajuan”. Untuk itu mengapa pramuka
dinilai pendidikan yang kreatif, inovatif, kompetitif, dan sportif. Pramuka
juga bersifat Universal artinya Pramuka dapat mendidik siapa saja, di mana
saja, dan kapan saja.
Bukti fisik Pramuka
mamiliki jiwa nasional dan kerja keras yang tinggi dapat dilihat dari
tercatatnya Pramuka Indonesia dalam rekor dunia karena mampu mengangkat bendera
dengan panjang 1000 meter dari kedalaman 5 meter. Pramuka juga menjadi pelopor
dalam perdaiman dunia dengan dibuktikannya “Perkemahan Messenger Of Peace di Indonesia pada 2013”. Selain itu jumlah
Pramuka Indonesia yang merupakan terbesar di dunia memiliki potensi untuk menjadi
motor penggerak kualitas serta kemajuan.
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mencetak generasi yang cerdas dan
berbudi dapat diupayakan. Di dalamnya membutuhkan peran dan kerjasama berbagai
pihak. Upaya yang dilakukan tidak hanya dengan pendidikan kognitif, namun juga
dengan mengedepankan pendidikan karakter. Pramuka merupakan pendidikan karakter
di mana anggotanya diajarkan disiplin, kerja keras, bertanggung, jawab,
mandiri, terampil dan berorientesi sosial. Orientasi sosial dibuktikan dengan
implementasi pemuda yang mampu berkontribusi dan berdedikasi dalam masyarakat
yang secara otomatis budi pekerti akan terbentuk. Sifat nasional dan
internasional juga membuktikan bahwa pramuka terus melakukan pembaharuan dan mengikuti
arus namun tidak terbawa arus dengan tetap memilik jiwa nasionalisme yang
tinggi. Dengan demikian bukan tidak mungkin bahwa Pramuka Indonesia kita mampu
mewujudkan generasi muda yang cerdas dan berbudi bersama dengan cita-citakan
Bapak Pandu Dunia dan kita bersama.
Makhyatul Fikriya
XI-MIA 6
Teknik Kepramukaan
Artikel (Juara 3 Nasional Racana Brawijaya UB)
Tunas Muda Pelopor Integrasi Bangsa
Indonesia adalah
Negara yang sangat kaya. Menurut Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia,
terdapat 17.504
pulau, 7.870 di antaranya telah mempunyai nama dan 9.634 belum memiliki nama.
Dengan pulau yang begitu banyak, tentu Indonesia tak lepas dari keberagaman. Dari banyak pulau tersebut, menurut sensus
BPS tahun 2010, terdapat 300 kelompok
etnik dan 1.340 suku bangsa. Menurut Kongres Bahasa
Indonesia IX di Jakarta 28 Oktober sampai 1 November 2008, terdapat 746 bahasa
daerah dari Sabang samapi Merauke, dan Direktorat Internalisasi Nilai dan
Diplomasi Budaya telah
menetapkan 77 karya budaya yang didaftarkan
sebagai “Warisan Budaya Tak Benda Nasional Indonesia”. Enam
diantaranya telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Indonesia yang diakui oleh
UNESCO. Dari keberagaman tersebut kita tidak terlepaskan dari ancaman
perpecahan. Nah, bagaimanakah mengantisipasi perpecahan itu? Dan apa yang dapat
kita lakukan sebagai pemuda untuk upaya integrasi bangsa?
Menurut Wikipedia Indonesia, integrasi berasal dari bahasa inggris "integration"
yaitu kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi bangsa merupakan proses penyesuaian di antara
unsur-unsur yang saling berbeda namun menghasilkan pola kehidupan masyarakat
yang memilki keserasian fungsi. Di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan
bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih
tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing.
Mari kita tengok kembali historis bangsa kita. Kita awali
dengan sejarah Kebangkitan Nasional. Kebangkitan Nasional berdiri sejak adanya
Organisasi Budi Utomo. Budi
Utomo didirikan oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA, yaitu Goenawan
Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada tanggal 20
Mei 1908. Menurut Goenawan
Mangoenkoesoemo,
organisasi ini bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan tetapi tidak bersifat
politik. Namun, berbeda dengan Goenawan Mangoenkoesoemo yang lebih mengutamakan
kebudayaan dari pendidikan, Soewardi menyatakan bahwa Budi Utomo adalah
manifestasi perjuangan nasionalisme. Karena Indonesia mengajarkan kepada
bangsanya bahwa "Nasionalisme Indonesia" tidaklah bersifat kultural
namun bersifat nasional. Meskipun organisasi ini dipimpin kaum tua yaitu Dr.
Soetomo, namun penggerak mobilitas
persatuan organisasi ini adalah para pemuda. Dari organisasi Budi Utomo inilah awal dari kebangkitan dan persatuan bangsa.
Selain Budi Utomo, peran pemuda dalam integrasi bangsa
ialah Kongres Pemuda I dan Kongres Pemuda II.
Kongres Pemuda I dan II dipelopori oleh dua organisasi pemuda yaitu Perhimpunan
Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan Pemuda Indonesia. Kedua organisasi ini memiliki
tujuan besar yaitu memupuk dan membangun rasa persaudaraan dengan menghilangkan
rasa kedaerahan atau etnosentrisme
dan mengganti dengan jiwa nasionalisme. Upaya yang mereka lakukan untuk menyatukan pemuda yaitu dengan memajukan olah raga, menerbitkan majalah,
menyelenggarakan rapat-rapat, dan sebagainya.
Kongres
Pemuda I dihadiri oleh wakil-wakil dari Jong Java, JIB, JSB, Jong Ambon, Sekar
Rukun, Studerende Minahassers, Jong Batak, dan Pemuda Theosofie. Dari Kongres
Pemuda I tersebut,
cita-cita persatuan Indonesia diakui. Tetapi gagal membentuk badan sentral.
Sebab masih terdapat perbedaan pendapat dan kesalahpahaman di antara sesama
anggota.
Setelah itu,
diadakan pertemuan di antara organisasi-organisasi pemuda kembali, untuk membangun organisasi
tunggal bagi organisasi pemuda. Akhirnya terbentuklah Kongres Pemuda II yang
diselenggarakan di Jakarta, 27-28
Oktober 1928 atau yang kita kenal sebagai
Sumpah Pemuda. Hakikat dari Kongres Pemuda II ini
ialah pengakuan dan janji setia seluruh pemuda Indonesia untuk “Berbangsa Satu,
Bertanah Air Satu, dan Berbahasa Persatuan Satu yakni Indonesia”.
Bila
melihat organisasi Budi Utomo yang masih dipimpin oleh kaum tua dan Kongres
Pemuda merupakan bentuk upaya pemersatu pemuda sebaya. Apakah sampai di situ saja
peran pemuda? Jawabannya jelas tidak. Pemuda juga mampu menjadi media pemersatu bangsa terhadap kaum tua
bahkan lebih dari itu. Mari kita tilik kembali peristiwa Rengasdengklok. Paska
dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki Jepang, pemuda Indonesia
seakan terbakar semangat kepahlawanannya. Mereka ingin memanfaatkan peluang
untuk mewujudkan kemerdekaan. Namun keinginan itu ditolak oleh kaum tua yaitu
Bung Karno dan Bung Hatta dengan beberapa
alasan. Pemuda yang memiliki semangat
berapi-api pun tak mau menyerah. Akhirnya,
pada 16 Agustus 1945 kaum muda yaitu Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana membawa Bung Karno dan Bung
Hatta ke Rengasdengklok untuk meyakinkan para pemimpin bangsa tersebut untuk
tidak menerima iming-iming kemerdekaan dari Jepang. Namun dengan mengupayakan
kemerdekaan secepatnya. Dan dari peristiwa tersebutlah Teks Proklamasi berhasil diproklamirkan pada
17 Agustus 1945 dan lahirlah Negara Indonesia. Meskipun proklamasi tidak serta
merta karena upaya pemuda yang pemberani, namun upaya tersebut
membuktikan dengan keinginan, keyakinan, dan kegigihan, para pemuda pun berpengaruh atau mampu
mempersuasif yang berdampak pada nasib seluruh bangsa.
Kemudian apa
yang dapat kita lakukan di era modern ini, di mana kita sudah tidak
terbelenggu lagi oleh penjajahan fisik? Meskipun kita tidak
terjajah secara fisik, bukan berarti kita terbebas dari jajahan ideologi
maupun bentuk jajahan halus lainnya. Di sinilah persatuan dan
kesatuan sangat dibutuhkan. Pemudalah yang menjadi acuan
dan tolak ukur dalam upaya pemersatu bangsa. Agar tetap tercipta
stabilitas integrasi dan pertahanan nasional. Karena pemuda memiliki peran dan kesempatan yang
lebih besar.
Lalu apa
yang dapat kita lakukan dengan
kesempatan besar tersebut? Tentu dengan memanfaatkan kesempatan itu. Diantaranya dengan
bergabung dalam kegiatan, komunitas, atau organisasi kepemudaan, seperti
PRAMUKA, PMR, Festival Budaya, Olimpiade, Pemilihan Duta, dan lain-lain. Dengan
mengikuti kegiatan tersebut kita dilatih untuk berwawasan luas, bertoleransi,
dan menghargai perbedaan. Dalam kegiatan ini pula kita dilatih dan diasah
dengan keterampilan dan berbagai pengetahuan. Apabila kita mampu, kita dapat
mewakili organisasi kita dalam pertemuan yang lebih besar seperti Kongres
Pemuda di atas. Hal itu bertahap mulai dari ranting (kecamatan), cabang
(kabupaten/kota), daerah (provinsi), bahkan hingga tingkat nasional. Misalnya
Perkemahan Nasional, Jumbara PMR Nasional, Festival Budaya Nasional, Olimpiade Nasional, maupun
kegiatan nasional lainnya.
Dengan
kegiatan sampai tingkat nasional tersebut kita akan bertemu dengan
perwakilan-perwakilan dari berbagai daerah di Indonesia. Di situlah kita
merasakan perbedaan yang sangat mencolok baik dari bahasa maupun kebisaan
lainnya. Dengan terlatih untuk hidup saling menghargai dan toleransi, secara otomatis kita dapat
melebur dengan kawan-kawan baru sebagai satu kesatuan yaitu keluarga besar
“Anak Indonesia”.
Selain
mengikuti kegiatan di atas upaya yang kita lakukan yaitu menempuh pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Seperti kuliah, sekolah kedinasan, dan lain-lain. Lembaga
pendidikan tinggi tersebut jelas di sana terdapat mahasiswa dari berbagai
daerah di Indonesia.
Sebagai
pemuda, kita harus pandai-pandai
membuka mata dan telinga. Gali informasi sebanyak-banyaknya. Karena dengan
informasi kita akan lebih mengerti, dengan lebih mengerti kita akan mudah
beradaptasi, dengan mudah beradaptasi kita tidak mudah untuk diprovokasi.
Apabila kita berwawasan luas dan tidak mudah diprovokasi, maka kita akan pandai
memfilterisasi segala sesuatu sehingga
lebih mudah megupayakan integrasi.
Lalu apa
kontribusi yang dapat kita berikan kepada bangsa? Apakah hanya cukup perekatan
dipersatuan
di
antara para pemudanya saja? Tentu tidak.
Dengan pengalaman, pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman. Para pemuda
khususnya output pendidikan diharapkan
mampu menjadi motor penggerak implementasi ilmu yang didapatkan, untuk didedikasikan kepada
masyarakat.
Dalam masyarakat, jelas terdapat
berbagai lapisan. Mulai dari lapisan usia, hingga status sosial. Di sini, pemuda harus mampu manjadi
penengah dan penyeimbang antara perbedaan dari berbagai kalangan tersebut.
Misalnya dengan aktifnya pemuda dalam acara
kemasyarakatan, seperti acara keagamaan, budaya daerah, dan lain-lain. Dengan
munculnya satu atau beberapa pemuda yang berkompeten, maka akan dapat mengundang pemuda lainnya untuk
bergabung. Bahkan, mampu membangkitkan kembali
semangat kaum tua. Sehingga hal ini dapat merekatkan kembali dan terciptalah suatu persatuan
di masyarakat itu sendiri.
Selain itu, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mendirikan suatu wirausaha. Seperti di Indonesia, banyak pemuda yang berhasil
memanfaatkan keterampilan dan kesempatannya untuk berwirausaha.
Misalnya saja Hafiza adalah seorang mahasiswi dan menjadi salah satu yang perintis
bakti sosial berbasis entrepreneurship. Gadis yang lahir di Jakarta,
22 September 1990 membudidayakan ibu-ibu penderita kusta di Sitanala dengan
menjahit manik-manik di jilbab yang akan dijual untuk dana kesejahteraan
mereka. Nalacity Foundation berhasil masuk Kick Andy Show dan Pesta
Wirausaha 2013 yang digelar di Jakarta International Expo tempo hari. Selain
Hafiza ada juga Bong Chandra. Bong berhasil membangun usaha sebagai pengembang
properti sejak usia 22 tahun. Dengan usaha kerasnya ia kini memiliki 6
perusahaan dan mengawasi 250 karyawan.
Mereka
yang awalnya hanya bermodal beberapa rupiah saja, memiliki teman atau
karyawan 2 atau 3 orang saja,
dengan
inovasi dan kreasi mereka mampu berkembang dan memiliki karyawan yang banyak. Dengan
demikian, pemuda mampu menjadi penggerak ekonomi masyarakat sekitar. Dan tanpa disadari, hal itu dapat merekatkan
hubungan masyarakat tersebut dalam bentuk jalinan mitra kerja.
Dalam hal ini kita harus mempersiapkan diri mulai dari sekarang.
Bentengi diri dengan iman dan taqwa, perakaya diri dengan berbagai informasi,
optimalkan potensi dengan mengasah keterampilan, dan memiliki konsep diri untuk
dapat berbaur dengan siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.
Dengan demikian, kita tahu bahwa banyak upaya yang
dapat kita lakukan untuk merekatkan bangsa. Baik dengan
mengikuti kegiatan, bersekolah yang tinggi, membangun wirausaha, maupun upaya-upaya lainnya. Dengan bukti-bukti di atas dapat disimpulkan bahwa
tunas muda mampu menjadi pelopor integrasi bangsa.
Makhyatul Fikriya
XI-MIA 6
Teknik Kepramukaan
INFORMASI TAMBAHAN TENTANG MAPRAMDA 2015
1. Sepatu yang digunakan saat kegiatan Mapramda wajib berwarna hitam(dilarang menggunakan pantofel).
2. Saat mengumpulkan perlengkapan regu maupun pribadi wajib memberi nama regu dan kelas pada perlengkapan masing-masing dan wajib membawa check list.
3. Untuk Air Mineral disarankan setiap regu membeli Aqua 1,5 L 1 kardus.
4. Untuk peminjaman tenda disarankan meminta bantuan teman-teman/pembina pramuka yang kalian kenal di SMA/MA/SMK, SMP/MTs, atau SD/MI lain agar lebih mudah.
NB : Apabila kalian berusaha dan bekerjasama dengan baik kalian pasti bisa!Semangat!
Langganan:
Postingan (Atom)